Prof.Dr. Laurence Adolf Manullang

Nama: Prof. Dr. Laurence A. Manullang, MM, SE, SP
Lahir: Porsea, 12 September 1941
Alamat: Jl. Trimaran Indah I Blok J1 No.6, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Telepon: (021)-5884256

Sulit Cari Calon Pejabat yang SterilPraktik korupsi di negara ini telah amat parah. Dalam iklim korupsi dan kolusi yang sudah sedemikian sistemik dan endemik, terlalu sulit mencari calon pejabat yang steril dan terkontaminasi penyakit KKN di negeri ini. Demikian Prof.Dr. Laurence Adolf Manullang dalam pidato pengukuhan guru besar bidang ilmu akuntansi dalam sidang terbuka Senat STIE IBEK di Panti Perwira, Balai Sudirman, Jakarta. Kamis 17 November 2005.

Laurence dalam pidato berjudul Teori Akuntansi Dilihat Dari Pendekatan Peristiwa (Event Approach) dengan Studi Kasus Pengungkapan dan Publikasi Peristiwa Korupsi oleh KPK, menhatakan pemberitaan korupsi secara gencar diberitakan mass–media, tetapi koruptor jarang ditemukan di Indonesia, karena tatkala yang tersangka koruptor diadukan ke pengadilan apa yang terjadi hakim sering memutuskan para terdakwa divonnis bebas.

Guru Besar Akuntansi STIE-IBEK itu mengatakan korupsi telah menjadi bagian dari hidup bangsa Indonesia. Walaupun tiap Ramadhan Masjid ramai, tiap tahun sekitar 200.000 warga Indonesia menjalankan ibadah haji. Gereja-gereja pun umumnya ramai dikunjungi umat Kristiani, begitu pula tempat ibadah lainnya. Oleh karena itu sering menyatakan diri sebagai bangsa yang religius. Namun, sebaliknya, negara kita di kawasan Asia dan dunia termasuk negara terkorup. Inilah satu dari sekian banyak paradoks bangsa kita (Salahuddin Wahid:2005).

Menurut eksekutif keuangan dunia itu praktik korupsi di negara ini telah amat parah. Hasil penelitian Transparancy International tahun lalu menunjukkan menjadi negara kelima terkorup di dunia. Aturan-aturan perundang-undangan yang dibuat elite politik dan kekuasaan pada level manapun (Legislatif, Judikatif, Eksekutif) berubah menjadi strategi koruptif (Aloys Budi Purnomo:2005).

Lulusan Lemhannas KRA XXIII, tahun 1990 itu lebih lanjut mengatakan undang-undang dan peraturan telah diterbitkan dan dihunjuk orang-orang sekaliber M. Hatta dan Jenderal A. H. Nasution dengan operasi budinya, namun korupsi tidak juga mereda malah berkembang di Indonesia.

Doktor Ekonomi–Minat Jalur Utama–Manajemen Akuntansi itu mengungkapkan demokrasi di Indonesia telah diperkenalkan namun yang berhasil dalam demokratisasi baru korupsi. Rupanya demokrasi bukanlah suatu indikator bisa menghapuskan korupsi. Korupsi nampaknya berkorelasi dengan percepatan demokrasi. Dalam laporan Corruption Perception Index (CPI-1998) sejumlah negara demokratis di Asia tercatat sebagai negara korupsinya tinggi, misalnya Phillipina (urutan 57), Thailand (64), India (68), Indonesia (80) tingkat korupsinya tinggi.

Sebaliknya negara yang tergolong berada dalam level demokrasi rendah, justru tingkat korupsinya rendah, seperti Singapura (7), Malaysia (29) dan China (52). Hanya satu negara di Asia dengan tingkat demokrasinya tinggi, tingkat korupsinya rendah (25) yaitu Jepang. Sedang negara-negara yang memproklamirkan diri sebagai negara demokratis tinggi seperti Amerika Serikat, tingkat korupsinya rendah (18), Inggris (13) dan Belanda (8). (Indria Piliang: 2005)

Menurut mantan President Director PT. Artha Borindo Persada (1985–1989), itu, dalam iklim korupsi dan kolusi yang sudah sedemikian sistemik dan endemik, terlalu sulit mencari calon pejabat yang steril dan terkontaminasi penyakit KKN di negeri ini. Karena itu Kompas menurunkan karikaturnya menggambarkan, bahwa bangsa ini hidup dalam Republik Maling (Kompas, 26.2.2005). Salah satu perwujudannya adalah banyaknya isu mark–up yang dilakukan dalam penyusunan anggaran belanja negara/baik di tingkat pusat dan daerah. (J. Kristiadi:2005).

Pemberitaan korupsi secara gencar diberitakan mass–media, tetapi koruptor jarang ditemukan di Indonesia, karena tatkala yang tersangka koruptor diadukan ke pengadilan apa yang terjadi hakim sering memutuskan para terdakwa divonnis bebas.

Korupsi adalah kesalahan besar yang banyak terjadi di tengah kehidupan bangsa Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun yang lampau, namun mengapa bangsa Indonesia masih terus melakukan korupsi? Salah satu penyebab mendasar adalah bangsa Indonesia belum benar-benar mau belajar dari fakta-fakta pengalaman besar korupsi masa lampau. Fakta-fakta itu bukan diungkapkan sehingga bisa dijadikan pengalaman belajar baru yang memperbaiki pola pikir dan perilaku, tapi perlu ditutupi, direspress, dan dipaksakan untuk dilupakan (Satjipto Rahardjo:2005:12)

Dalam kerahasiaan dan untuk terus ditutupi, seperti pada pengaruh zaman VOC para pejabat publik merasa tidak mempunyai akuntabel moral dengan masyarakat. Birokrasi melihat diri sebagai ruling class yang secara hierarkis lebih tinggi dari masyarakat.

Konsekuensinya apa yang mereka renungkan sebagai kepentingan Pemerintah boleh jadi tidak urusannya dengan kemaslahatan publik. Para pejabat mempunyai sejenis privasi yang tidak dapat dikorbankan meski untuk melindungi koruptornya lebih besar. Dengan mentalitas ini, pejabat publik tidak merasa perlu membuka diri dan memberi akses informasi kepada masyarakat. (Agus Sudibyo:2005)

Bangsa Indonesia dipaksa untuk jadi bangsa amnestik. Betapa tidak normalnya manusia yang mengalami amnesia retigrad. Dia seolah hidup tanpa kaitan sama sekali dengan deret fakta pengalaman masa lampau dan tidak bisa lagi belajar atau memetik hikmah dari fakta-fakta pengalaman itu. Betapa tidak normalnya bangsa Indonesia jika hamparan luas insan yang terangkum didalamnya dipaksa untuk melupakan fakta-fakta besar pengalaman korupsi yang terjadi pada kurun kehidupan mereka sebelum Desember 2002, dan hanya boleh mengingat pengalaman korupsi setelah Desember 2002. (Limas Sutanto:2005)

Disamping itu, aturan-aturan perundang-undangan yang dibuat elite politik dan kekuasaan pada level manapun (Legislatif, Judikatif dan Eksekutif) berubah menjadi strategi koruptif. Praktik korupsi secara genius mendapat legitimasi dari perundang-undangan yang dibuat sendiri. Bahkan gerakan dan komitmen melawan korupsi akhir-akhir ini justru berhadapan dengan “Solidaritas koruptif secara praktis”. (Aloys Budi Purnomo:2005)

Belum lagi rangsangan korupsi oleh karena belum terbangunnya rasa malu. Melihat kenyataan belum adanya perbaikan pada sistim hukum yang ada, mungkin sebaiknya direnungkan kembali tulisan terakhir almarhum (Prof. Dr. Charles Himawan:2002) mengatakan walaupun 98% rakyat Indonesia malu karena pengadilan kita dituduh mempraktikkan KKN, tetapi 2 persen rakyat Indonesia pemegang kekuasaan riil tidak malu, mustahil citra peradilan dapat diperbaiki. Sebaliknya jika yang 2 persen rakyat Indonesia pemegang kekuasaan riil untuk merasa malu dan mengambil konsekuensinya, harapan Indonesia memiliki peradilan yang mandiri mungkin tidak akan memakan waktu lama. (Harry Ponto:2005)

Karena itu terjadi pada bangsa Indonesia khususnya yang berada dalam circle kekuasaan penampilan muka tembok alias tidak ada rasa malu sedikitpun adalah merupakan suatu fenomena. Dapat dilihat dari laporan BPK selama pemerintahan Megawati Soekarno Putri. Dalam 3 tahun berturut-turut, BPK mengeluarkan statement disclaimer hasil audit mereka lakukan. Namun tidak ada response penyelesaian dari Eksekutif dianggap itu seperti angin lalu. Juga peristiwa yang sama untuk periode 2004, BPK tidak bisa memberi penilaian (disclaimer) atas laporan keuangan Pemerintah Pusat tahun 2004. Dalam laporan BPK itu ditemukan banyak kelemahan sistim pengendalian internal keuangan, tidak sesuai dengan perundang-undangan dan masalah pada SAL (sisa anggaran lebih).

Kelemahan dalam sistim pengendalian internal keuangan negara antara lain: 1) Dalam bentuk prosedur penyusunan laporan keuangan tidak sesuai dengan sistim akuntansi yang ditetapkan, 2) Tidak sesuai dengan verifikasi dan rekonsiliasi pendapatan, 3) Hibah dan belanja negara tidak efektif, 4) Pengelolaan kas, investasi, asset tetap tidak memadai, 5) Organisasi APBN pada tingkat kementrian negara/lembaga belum seluruh direview oleh aparat pengawas internal. Padahal, aparat pengawasan internal di Indonesia cukup banyak, terdiri atas empat lapis dan termasuk sangat rumit, serta memiliki jumlah auditor, jaringan kantor, peralatan maupun anggaran yang sangat besar. Ditemukan penyimpangan pengeluaran anggaran untuk dana reboisasi dari rekening bendahara umum sebesar Rp.2.89 trilliun, dan eksekusi oleh Kejaksaan Agung uang pengganti Rp.6.67 trilliun (Anwar Nasution:Media Indonesia, 21/09/2005). Namun, response dari Eksekutif, Judikatif maupun Legislatif atas laporan ini hampir tidak muncul karena dianggap tidak membawa dampak apa-apa pada karir mereka.

Karena undang-undang yang dilanggar seharusnya semua yang kena negatif performance report baik dia Menteri, Irjen dan pimpinan lembaga lain harus diminta pertanggung jawaban. Andaikatapun itu sampai dihadapkan pada hukum, pelaku-pelakunya akan bisa menghindari jeratan hukum yang ada. Lebih canggih lagi, ada yang dari awal membuat desain untuk menjadikan hukum sebagai alat untuk membenarkan korupsi yang dilakukan tatkala hukum dijadikan alat kejahatan (law as tool of crime) semacam ini koruptor yang paling kakap sekalipun tidak mungkin dinyatakan bersalah, karena tindakannya tidak ada yang menyalahi hukum. (Nitibaskara:2005)

Karena semua permasalahan mengenai korupsi berputar-putar dan jalan ditempat, maka perlu dibuat UU yang baru menangani korupsi yang terkenal UU 30/2002 tentang Pembentukan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Namun ditemui masalah yaitu korupsi yang paling banyak terjadi adalah sepanjang tahun-tahun sebelum 2002, sedangkan UU 30/2002 itu tidak mengatur asas retroaktif. Dipihak lain para ahli hukum berpendapat pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam setiap putusannya tidak mengikat secara umum sehingga tidak perlu diikuti KPK. (Syamsuddin:2005)

Indikasi menunjukkan pada tahun 1998: Hutang luar negeri Rp.1400 trilliun termasuk 47.3% hutang swasta, kredit macet sejumlah bank Rp.450 trilliun, BPPN dibentuk dengan modal asset Rp.630 trilliun keberhasilan hanya 29%. Tahun 1999, BLBI Rp.144.3 trilliun tidak jelas penyelesaiannya. Pinjaman dalam negeri untuk rekapitalisasi perbankan Rp.650 trilliun dan pinjaman BUMN yang diduga kesemuanya angka-angka dan pengeluarannya terkandung unsur korupsi berupa mark–up dan konspirasi angka-angka. Alangkah sayangnya apabila KPK tidak memiliki landasan hukum untuk menelusurinya.

Dengan terkuaknya fakta-fakta ini secara induktif dan sudah “well documented” di kantor lembaga negara, seperti di DPR laporan BPK, di Archief Executive laporan BPKP dan laporan Irjen di setiap departemen, sampai berlapis-lapis, namun perubahan tidak juga muncul kearah perbaikan, sampai Wakil Presiden menyindir dengan kata-kata ironisnya: ”Hai Departemen Keuangan perhatikan jangan disclaimer melulu”. (Jusuf Kalla: Media Indonesia, 26/9/2005)

Terbentuknya KPK pada mulanya disikapi secara ironis, sebab 6 bulan pertama sejak pembentukan KPK hampir tidak berbuat sesuatu dan hanya sibuk untuk membicarakan anggaran untuk operasional belum turun, gaji pimpinan dan staff masih down payment, namun KPK dituntut undang-undang harus melaksanakan fungsinya.

KPK telah mengetahui tindakan korupsi ini. Tapi itu tidak cukup seperti Grethe berkata: ”Knowing is not enough, we must apply. Willing is not enough, we must do”, dan Sopocles menimpali: “One learns by doing the thing, for though you think you know it, you have no certainty until you try it”.

Apakah gagasan revolusioner Thomas Kuhn perlu diterapkan, dimana perubahan revolusioner itu terjadi setelah pradigma lama merebakkan anomali, dulu anomali merebakkan krisis, krisis memicu revolusi yang menumbangkan pradigma lama itu serta menggantinya dengan pradigma baru yang sama sekali berbeda dengan pradigma lama. (Limas Sutanto:2005)

Tapi kenapa pradigma lama dapat ditumbangkan di Indonesia sejak tahun 1998, sedang pradigma korupsi tetap bertahan, malah kian menggejala? Untuk menjawab pertanyaan itu kembali kita merujuk pemikiran Kuhn untuk menjawabnya.

Siklus penumbangan revolusioner pradigma lama dan pergerakan pradigma baru hanya terjadi jika ada tokoh yang sungguh bisa menjadi contoh atau panutan untuk menumbangkan pradigma lama dan penegakan pradigma baru: Siapakah tokoh itu? Disela-sela mencari tokoh panutan ini KPK harus berbuat sesuatu.

KPK tidak mampu mengadakan frontal attack terhadap pelaku korupsi itu sebab organisasi koruptor itu sudah sangat kuat, apa saja mereka bisa perbuat sampai mencelakakan penguasa sekalipun. Serangan mengapit (flanking attack), serangan mobile jangan tidak memiliki sarana yang cukup. KPK pilih serangan melingkar (encirclement attack) dimulai dari kelas teri strata korupsi itu yaitu investigasi KPU.

KPU yang menghabiskan anggaran Rp. 3.5 trilliun, telah ditangani oleh audit investigasi BPK, dimana hampir seluruh anggota KPU terlibat dalam pengadaan barang, antara lain: Maulana W. Kusuma bertanggung jawab pengadaan barang kotak suara Rp.361.5 miliar dan bilik suara senilai Rp.200 miliar, Chusnul Marijah dalam pengadaan surat suara (Rp.247.256 miliar), kertas kraft (Rp.4.124 miliar) dan teknologi informasi (Rp.295.332 miliar), Hamid Awaluddin dalam pengadaan kartu pemilih (Rp.70 miliar), Ramlan Surbakti untuk validasi surat suara (Rp.8 miliar). (Teten Masduki:2005)

Ditengah-tengah iklim negara memiliki auditor-auditor yang terkenal menyandang citra tukang sulap, karena tidak memiliki ketaatan (compliance) terhadap standard operating procedure dan kode etik auditor, juga dibarengi oleh integritas yang sangat rendah dan kepercayaan masyarakat telah terpuruk atas balas jasa para auditor menyulap laporan keuangan dengan imbalan jasa yang sangat menggiurkan, pada saat itulah KPK harus menunjukkan kinerja sesuai dengan amanat undang-undang.

Dalam strategi serangan melingkar (encirclement attack) seperti dijelaskan diatas, KPK mulai memikirkan penjebakan sebagai suatu rencana percobaan (pobing), mirip dengan FBI yang menyamar under cover yang terkenal sebagai operasi “Broken faith” di Washington D.C bulan Mei 1992. Maka pada tanggal 8 April 2005 terjadi penangkapan atas diri anggota KPU oleh KPK mengagetkan seluruh masyarakat. Jebakan yang berawal dari penyerahan uang suap oleh Sekjen kepada auditor BPK Khairiansyah Salman pada tanggal 3 April dan 8 April 2005 di Hotel Ibis, Jakarta Barat. Suatu peristiwa nasional telah terjadi menyangkut profile seorang yang terkenal ideologis, pejuang HAM yang gigih, kejadian di Room 609 Hotel Ibis, Slipi dengan jumlah jebakan suap Rp.150 juta. (8 April 2005)

Uang yang sangat sedikit jumlahnya dibandingkan dengan kejadian korupsi dan suap-menyuap ini merupakan satu snowball yang berjalan secara berantai dengan harapan ikan akan ditangkap satu persatu dari teri hingga yang kakap. Kenapa mulai dari teri? Sebab KPK memahami bahwa korupsi akan sulit terembus jika modusnya melibatkan sindikasi yang rumit, terlebih jika diback-up struktur kekuasaan politik yang kuat dan berlapis. Korupsi seperti sering tidak terjangkau oleh hukum (untouchable by law) karena 2 (dua) alasan:

Pertama, menggelandang koruptor kakap acap kali mengundang resiko yang tidak kecil baik pejabat penegak hukum maupun kepentingan masyarakat luas. Bentuk risiko yang diterimapun bervariasi, dari yang paling ringan, seperti ancaman teror hingga yang berat, seperti kekerasan, atau amuk massa, instabilitas sosial politik, sampai hilangnya nyawa, jadi ini kalkulasi untung rugi belaka. Kedua, mungkin ini menyangkut skala prioritas atau pemberantasan korupsi. Dulu kasus Mulyana (sekjen KPU), diandaikan memancing di air kolam yang tenang untuk menangkap ikan didalamnya, dan atas petunjuk ikan yang tertangkap, ikan-ikan lainnya juga akan tertangkap. (Masdar Hilmy:2005)

Pelaku korupsi telah tertangkap dilanjuti oleh proses hukum. Dengan membukakan peristiwa ini secara meluas diseluruh media cetak/elektronik, akan memberikan informasi pada masyarakat, sekaligus mendengar kehendak rakyat, walaupun itu sebatas, pertama: shock teraphy, namun penjatuhan pidana akan bermakna sangat besar. Pelaksana efek kejut ditakutkan berulang-ulang sebagai peristiwa akan menggentarkan, sehingga timbul efek jera dan daya tangkal (deterrent effect) bagi pelaku maupun calon-calon pelaku korupsi, kedua, memutus stensel dan mekanisme korupsi yang sudah berurat-berakar. Pemenjaraan dalam waktu relatif lama, akan memotong jalur-jalur korupsi yang terbangun bersama yang dikenai pidana itu.

Ada alasan lain, strategi penghukuman (punitive strategy), yang keras itu amat diperlukan, karena korupsi bukan merupakan penyimpangan perilaku (deviant behaviour).
Korupsi adalah tindakan yang direncanakan penuh perhitungan untung rugi (benefit cost ratio) oleh pelanggar hukum yang memiliki status terhormat (the honorable status of offender). Kejahatan yang dilakukan itu tidak hanya untuk mencari keuntungan material belaka, seperti pelaku kejahatan property crime yang diwarnai kekerasan banyak motif dalam korupsi, salah satunya bisa karena kepentingan-kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan politis. Semakin tinggi sasaran yang akan dicapai, semakin kompleks metode korupsi dilakukan. (Nitibaskara:2005)

Jadi peristiwa shock teraphy ini perlu dilakukan secara berulang-ulang sebagai informasi pada masyarakat, bahwa teori akuntansi yang menganut sifat-sifat etika independent, compliance test masih belum mati di Indonesia.

Situasi dugaan korupsi sebelum dan sesudah peristiwa 8 April 2005, dapat dilihat perbandingannya. Sebelum peristiwa itu walaupun skala besar tetapi penanganannya masih setengah hati, terbukti: Terdakwa BLBI yang masih sempat lari keluar negeri seperti: Bambang Sutrisno (BLBI di Bank Surya Rp.1.5 trilliun), Hendra Raharja, Sherny Kajongian, Eko Adi Putranto (BLBI di Bank BHS Rp.2.6 trilliun), Marie Pauline Lumowa (Kasus Pembobolan BNI–Rp.1.9 trilliun), Agus Anwar (BLBI Bank Pelita Rp.1.9 trilliun), Sudjiono Timan (BLBI Bank Modern Rp.169 miliar) David Nusa Widjaya (BLBI Sertivia Rp.1.29 trilliun). (Konstan, Edisi IX, 2005)

Kasus BLBI menurut BPK mengungkapkan hasil audit 2000 adanya penyimpangan dana BLBI Rp.138.4 trilliun dari total senilai Rp.144.5 trilliun. Sedang hasil audit yang dilakukan oleh BPKP terhadap 42 bank penerima BLBI, menemukan penyimpangan sebesar Rp.54.5 trilliun, dimana Rp.53.4 trilliun merupakan tindak pidana korupsi dan tindak pidana perbankan.

Proyek Balongan di Indramayu disebut-sebut mark–up terbesar di Pertamina. Bank Dunia menemukan mark–up US$591 juta (Rp.1.5 trilliun), dari total investasi US$1.999 miliar untuk 3 (Exor). (Konstan 2005: Edisi VIII)

Juga kerugian negara dalam praktik illegal lodging Rp.30 trilliun per tahun. Karena pembabatan hutan telah menjarah ke kawasan Taman Nasional seperti Gunung Leuser, Kerinci Sebelet, Barbak, Bukit Tiga Puluh, Bukit Dua Belas, Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, Betung Kerihun Bentuang Karimun, Kanyan Mentarang, Tanjung Putong, Tn. Kutai, Tn. Lore Lindu di taman nasional Lorenz di wilayah Indonesia Timur.

Belum lagi pengusutan dugaan korupsi ditubuh BUMN yang berasset Rp.1.200 trilliun berupa mark–up dan penyelundupan. Mafia BBM mengalahkan Tim Pelaksana Penanggulangan Penyalahgunaan BBM (TP3 BBM), yang sudah menyelamatkan uang negara Rp.2.458 trilliun dari tahun 2000 s/d 2004, akhirnya harus dihentikan karena Presiden membubarkan TP3 BBM karena oknum mafia BBM tidak mau jika mafia minyak diawasi. Tapi sejak KPK dibentuk, dari Presiden SBY memback-up habis-habisan pemberantasan korupsi, muncullah usaha-usaha pemberantasan dengan upaya hukum menjerat, dan pemberitaan gencar diseluruh dunia, dipicu oleh peristiwa 8 April 2005, oleh kotak suara KPU. Illegal lodging telah menyelamatkan uang negara 2.5 trilliun dari Januari s/d Juni 2005, semua peralatan seperti alat-alat berat, tug boat, truck, dll disita.

Juga dihebohkan dengan praktik lama terbongkar penyelundupan BBM yang sebenarnya telah dimulai dari bulan Oktober 2004, oleh kapal MT Rejoice menyedot 2.500 ton minyak mentah dan 2600 ton bulan Desember 2004. Kapal MT Sunrise menyedot 2300 ton minyak mentah pada Maret 2005 dan 2400 ton pada bulan Juni 2005, bulan Agustus 21, 2005, KRI Multatuli menangkap kapal MT. Tionam dengan hasil sedotan 19.000 barrel berasal dari terminal Lawe-lawe, atau equivalent 2.881 ton minyak mentah.

Peristiwa penangkapan tersiar secara nasional dan diperkirakan telah merugikan negara Rp.8.8 trilliun satu tahun, yang bertindak sebagai broker adalah Freddy dan berhasil menemukan pembeli dari Singapura bernama Martinus alias Aliong alias Nur Lie bersedia membeli minyak mentah itu hanya dengan US$35 perbarrel.

Berbeda dengan sebelumnya, kini SBY Presiden yang jadi pilihan 200 juta rakyat Indonesia mengumandangkan pekik perang terhadap korupsi. Hampir setiap hari di mass media wajah-wajah koruptor diekspose, dimana pada periode dulu pantang dilakukan.
Namun, upaya dahsyat masih terlihat untuk menghambat jalannya pemberantasan korupsi itu di level penegak hukum. Tapi SBY telah berhasil mengadakan koordinasi dengan Tintastipikor, Jaksa Agung, Kapolri, KPTKP, BPK. Tinggal menunggu benteng terakhir dalam keadilan yaitu Mahkamah Agung ditunggu untuk mengeluarkan keputusan yang memihak pada rakyat, karena masih berjalan suatu kebiasaan untuk menvonnis segar para koruptor.

Kesimpulan
Dalam pembahasan kajian ilmu, filsafat ilmu, serta teori yang dijelaskan diatas, bahwa Teori Akuntansi itu adalah:

1) Seni (art), bukan merupakan ilmu pengetahuan murni (sciences). 2) Terdiri dari seperangkat prinsip-prinsip yang saling terkait (coherent). 3) Konsep akuntansi mengakar pada sistim nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktikkan. 4) Suatu koleksi teori yang digambarkan sesuai dengan kebutuhan pemakainya. 5) Akuntansi itu digambarkan sebagai a body of practice yang dikembangkan sebagai tanggapan kebutuhan praktik bukannya dikembangkan dari pemikiran yang sistematik dan terencana. 6) Teori akuntansi membahas masalah dan memberikan solusi. 7) Fungsi akuntansi adalah memberikan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang diharapkan bermanfaat, bagi pengambilan keputusan. 8) Teori akuntansi dikembangkan dengan pendekatan-pendekatan yang mampu memberikan informasi, menegakkan sifat integritasnya, compliancenya pada hukum dan perundang-undangan dan prosedur yang berlaku dan memihak pada pengguna informasi.

Berdasarkan sifat dan nuansa Teori Akuntansi ini, maka saya dapat menyimpulkan bahwa Teori Akuntansi dapat diperkaya dengan Pendekatan Peristiwa (Event Approach) yang dipublikasikan secara meluas sebagai suatu penyuguhan informasi ekonomi dalam hal ini dengan mengambil case study peristiwa 8 April 2005 yang kronologisnya dapat dilihat dalam lampiran I sebagai pemicu significant pemberantasan korupsi kepada masyarakat yang memberi mandat pada Presiden untuk menyelenggarakan negara yang baik (good governance).

Semoga kontribusi ini dapat bermanfaat pada ilmu pengetahuan, dan merekomendasikan para peneliti mengadakan penelitian ilmiah yang lebih mendalam dikemudian hari.

Silinduat/ Kembar

Mara naso boi juaon ni nasa jolma. Molo nungnga songoni pangalean nituhani naikkon I do jaloon alana songon nabiasa dihataon nasa jolma apalagi saonarion holan mangarencanaon do boi anggo manottuhon holan ibana do naboi (Tuhan) .

Songon barita ni angka natua – tua naparjolo, adong ma sada baoa namaringanan dihuta siDogor-dogor Pangururan dipulau Samosir. Goarna ima Guru Hatimbulon.Guru hatimbulan didokmai sada sibaso manang pandita goar ni datu arak ni pane . Nungnga mansai leleng parsaripean nasida namargoarhon Nansindak Panaluan (ripena) alai ndang radope marianakhon.

Tung ngolgolan do guru hatimbulan dohot ripena I paima – ima andigan lehonnonna dakdanak tu nasida. Martamiang pesai digogoi nasida asa anggiat dilehon tu nasida dakdanak. Marlasnirohama nasida ala dibenge tuhan do alu-alu nasida I .Ndang sadia leleng hamil ma ripenai . Aha ma namasa tunasida? Mansai leleng do asa tubu-tubuan ripenai. Sampe do angka dongan sahutana heran marnida halakki ala dibereng Nansindak ndang ro dope tubuan anak. Ditingkii masa ma hapar,mataniari pe tung mansai marsipidas jala ndang tartaon nasida lasniari i .Dohot tanope angka siltak ala logoniari. Alanii dohot raja ni huta gelisah mamereng namasai.Ala dung songoni namasai laho ma ibana (raja)mandapothon guru hatimbulan naeng manghataon boasa sampe saonari ndang adong perubahan. Alana menurut raja nihuta ndang dope hea masa songonon. Laho ma nasida mangalu-alu tu Debata dohot maksud mangalului aha alana umbaen sampe songonon. Ditingki i ndang borhat dope nasida naeng mangalualu didokhon guru hatimbulanna tu rajai, aha haroa saonari daso tarjadi sude boi tarjadi ninna mangalusi .

Roma muse raja bius manghataon , alana sude jolma heran do jala sungkun-sungkun boasa ripemu nungnga mansai leleng ndang dope tubuan anak ninna rajai. Dohot dukunpe mandok ripemi nungnga pelelenghu ndang marna tubuan anak . umbenge hatanai mangamukma guru hatimbulan , marbadai ma nasida alai ndang adong na hassitan manang ise. Tingki ima muse ripena I tubuan anak jala silinduat, baoa dohot boru.Umbege baritai udanpe ro ma tung mansai doras . Sude angka suan-suanan tubu mansai bagak-bagak alanii lasma rohani guru hatimbulan , maneat lombu ma nasida songon tanda lasni rohana suang songoni dohot mangusir angka roha hajahaton manang padamehon.

Huhutma dijou penetua-penetua dohot raja adat.nalaho manjamu dohot paboahon naung tubu gellengnai . Dungi dibahen ma goarni sibaoai si Aji DondaHatahutan dohot boru ima goarna si boru TapiNauasan . dung sidung pestai sude angka pamili manang angka tuturna mandok asa unang sama manang asa dipisaon anaknai.Umbege hatani jolma tung alo do rohani guru hatimbulan jala dipatorang ma tu ibana molo anak silinduat apalagi anak dohot boru ndang boi sama dijaga alana boi do ninna I siboan mara.Smpe do jolma mandok asa anggiat disirang na duai .Alai tong do dijugulhon guru hatimbulan. Leleng nunga leleng jala balgama anaknai ,alai ahana didokni angka raja naparjolo tu guru hatimbulan parbuktido. Dung sidung pestai lao ma guru hatimbulan mamukka sada sopo-sopo naeng inganan ni anakna na duai ima namringanan di pusuk buhit dohot di boan sada biang. Jadi tiap ari do bapanai mamboan manang manaruhon indahan nasida. Dungi balgama borunai ima sitapinauasan. Dinasa hali laho ma ibana mardalan laos tompuma di ida ibana siallangon na margoar piu-piu tanggule manang hau tada-tada na gok suga di bonana. Sai ro do ijurna marnida buahni tada-tada laos dijukkit ibana jala di allang buahnai massai manis, alanii laos diallang hau tada-tada ma ibana dang boi be turun, dang bot be mataniari di ida si Aji donda ma ibotonai dang di jabu. Sai dilului ma huhut marpikkiri tu dia do lao ibotonai. Adong ma di bereng ibana bogas ni pat na mirip dohot bogas ni ibotonai, sai di ihuthon ma torus huhut di jou-jou goar ni iboto nai, di bereng bapanai ma dang adong jolma di jabu di bereng ma nungga lokkot ibotonai di hau tada-tada I laos di jakkit ibana ma dohot maksud asa mamotong ibotonai, laos dohot ma ibana di allang haui, suang songoni ma biangna. Di na sahali di bereng bapana ima dang adong jolma di jabu/ di gubuk na gelleng di bereng ma hape nungga lokkot be anaknai dohot biangna, tarsonggot ma ibana mamereng na masai mamittor laho ma ibana manjou datu dohot angka dongan sahutana. Angka datu, tungkang sihir dohot angka ahli na mansai jago nungga berusaha nanaeng manolong alai dang adong hasilna, mala dohot do angka datui di allang hau tada-tadai sampe ma guru hatimbulan habis sude.

Disahali adong ma sada datu mandokkon na boi do tolong onna nasida alai dang pe nungga habis sude akka arta ni guru hatimbulan dang parduli sasude asalma boi selamat akka anakkonna, marsogotnai laho ma nasida dohot datui( datu parpansaginjang) dohot maksud laho manolong anakkonnai hape tamba so tarida do halaki sude, alai adong ma suara di bege na mandok ” ale bapa dohot inang na manubuhon au” umbegei tarsonggot ma guru hatimbulon huhut di alusi ; unang ma kutuk au alai kutuk ma dirim sandiri, alana ho do na laho tu lombang, jala ho do na di pukkul dohot tukkot ai naso boi marpinompar do ho, dungi mangkatai ma tondi: molo songoni do bapa mulai saonari baen ma panjou udan molo logo ni ari, padamehon roha ni pamarenta ta dalam negeri dongan molo porang, dohot akka panggoari tu na so denggan, dungi sae ma akka masalah, marlaoan ma nasa jolma sian ingannani jala laho tu tujuanna sandiri. Songoni ma cerita ni silinduat.

Silinduat/ Kembar

Dahulu kala ada sebuah cerita yang berasal dari Pulau Samosir di desa si dugur-dugur tinggallah seorang laki-laki bernama guru Hatimbulan. Beliau adalah seorang si Baso atau pendeta namanya datu Arak ni pane. Istrinya bernama Nansindak panaluan. Mereka sudah lama menikah tetapi belum juga di karuniai seorang anak. Sesudah perempuan itu hamil maka luar biasa lamanya barulah anak itu lahir, semua penduduk kampung itu menganggap keadaan itu hal yang gaib, saat itu juga terjadi kelaparan juga teriknya tak tertahankan, kerah tanah menutupi hubangan-hubangan dan rawa-rawa. Karena kepala persatuan pemujaan roh-roh menjadi risau ia pergi menjumpai guru Hatimbulan dan mengatakan kepadanya : mengapa keadaan yang seperti ini tidak berubah-ubah karena kejadia belum pernah terjadi mereka pergi untuk mencari sebabnya dan mengajak kepada Debata atau dewa yang adil sehingga guru Hatimbulan menjawab :” semua bisa terjadi” lalu raja Bius mengatakan :” semua orang heran mengapa istrimu begitu lama hamil para bidan menerangkan bahwa kehamilan itu telah terlalu lama karena perkataan itu maka timbullah pertengkaran akan tetapi tidak ada yang cidera atau mati. Saat itu juga perempuan itu melahirkan anak kembar, seorang anak laki-laki dan perempuan seketika itu juga maka hujan pun turun lebat, semua tanam-tanaman tumbuh dengan segar sehingga guru Hatimbulan memotong seekor lembu untuk mendamaikan kekuasaan jahat itu. Ia juga mengundang semua pengetua-pengetua dan kepala-kepala dalam perjamuan itu dimana nama anak-anak itu akan di umumkan putra itu di beri nama Aji donda atahutan dan putri itu di bri nama Si boru Tapi nauasan. Sehabis pesta tamu-tamu telah menasehatkan supaya anak-anak itu jangan kiranya bersama-sama di asuh, yang satu kiranya di bawa ke barat dan yang satu lagi di bawa ke timur, sebab kelahiran kembar, istimewa yang berlainan jenis adalah satu masalah yang sangat tidak baik menurut pahamter, akan tetapi guru Hatimbulan tudak mengendalikan nasehat arif bijak sana dari pengetua-pengetua dan kepala itu. Lama-kelamaan terbuktilah apa yang diungkapkan pengetua itu benar-benar. Guru Hatimbulan mendirikan gubuk kecil di bukit suci, kemana dia membawa anak-anak itu, seekor anjing kurus membawa mereka dalam setiap hari guru Hatimbulan membawa mereka setelah anak-anak itu menjadi dewasa maka putri atau gadis itu ketika berjalan-jalan kebetulan melihat sebuah pohon bernama pui-piu tanggu. Pohon itu mempunyai buah yang masak dan manis, si boru Tapinuansa ingin makan buah-buah itu karena itu ia memanjat buah pohon tersebut, ia mengambil dan memakainya akan tetapi ia di telan pohon itu dan ia menjadi satu dengan pohon tersebut, hanya saja kepalanya masih kecil dan kelihatan. Saudaranya menunggu sampai sore dalam kebimbangan mengenai nasib saudaranya kemudian dia pergi ke hutan untuk memeriksanya sambil memanggil-manggil namanya dengan suara yang nyaring. Dekat pada pohon tersebut sehingga gadis tersebut menyahutinya, Donda heran melihat kejadian itu dan menayakkan mengapa sampai terjadi hal ini. Donda memanjat pohon itu dengan maksud menolong saudaranya, akan tetapi ia juga lengket di pohon tersebut. Kedua anak itu menjerit minta tolong akan tetapi suara sedih hilang dalam gelap gulita itu. Besok paginya anjing mereka datang berlari-lari maka ia pun ikut juga tertelan di pohon itu hanya saja kepalanya kelihatan. Guru Hatimbulan telah kehabisan akal ia telah banyak mengeluarkan uang untuk datu-datu keperluan gondang dan kurban untuk roh-roh, apa saja yang ia minta diberikan tetapi ia menjadi putus asa. Beberapa hari kemudian ia menemukan datu parponsa ginjang memperkenalkan dirinya. Ia menerangkan dengan pasti bahwa ia dapat melepaskan orang-orang itu. Guru Hatimbulan mendengarnya ia menjawab janganlah kutuk saya, tetapi kutuk lah dirimu sendiri lalu roh itu berkat ” jikalau begitu semestinya bapak pergunakanlah saya dari sekarang sebagai:

  1. Penangkal pada musim hujan

  2. Pemanggil hujan dalam musim kemarau

  3. Penasehat dalam pemerintahan dalam negeri

  4. Teman seperjuangan dalam peperangan

  5. Sumber kebusukan, kerusakan dalam penyakit dan kematian

Raja Raja Biak

Raja Biak-biak, dengan nama raja Gumelenggeleng. Seorang yang cacat yang tidak punya tangan, kaki sehingga dia tidak bisa duduk. Dia berkecil hati di dalam hatinya karena adik-adiknya tidak cacat.

Kabarnya: Pertama kali datang MULAJADI NABOLON, naik ke Sianjur Mulamula terus ke Guru Tateabulan mengetuk hati dan memina anaknya Sariburaja oli di potong.” Terserah Ompung! ” jawab Guru Tateabulan. Mendengar itu, Raja Biak-biak berkata kepada ibunya : ” O, ibu! Kudengar bapak mengijinkan di bunuh Ompunta MULAJADI NABOLON si Sariburaja, dalam hatiku, akulah yang mau di bunuh, apalah aku di bandingkan Sariburaja yang tidak cacat itu?, kalau boleh permintaanku suruhlah bapak menyembunyikan aku, biarpun kelahiranku begini akulah anak yang paling besar.

Mendengar perkataan Raja Biak-biak ibunya menyuruh Guru Tateabulan menyembunyikan Raja Biak-biak ke Bukit Pusukbuhit. Setelah MULAJADI NABOLON naik ke atas, diminta Sariburaja di bunuhnya. Lalu di berikan ibunya.

Kata MULAJADI NABOLON : ” Pegang kakinya!”.

Jadi dipeganglah kakinya. Setelah itu di potong lalu di cincang.Sudah di sediakan api sebelumnya. Setelah selesai di cincang lalu di masak di atas api.

Setelah asap datang, berserulah MULAJADI NABOLON katanya : ” Yang mau menjadi Sariburaja keluarlah dari situ.

Lalu terangkatlah sariburaja dari sana kemudian duduk. Dia seperti Garaga, seperti garugu yang satu menjadi tujuh puluh.

Mengikuti kata orang, yang tinggal disana beraneka ragam binatang piaraan.

Ketika MULAJADI NABOLON kembali keatas dari Bukit Pusukbuhit ia naik. Lalu bertemulah dengan Raja Biak-biak : ” Siapa membawa kamu kesini “, kata MULAJADI NABOLON.” Kalau di lihat Ompung, aku ketakutan, takut di ketakutanku!, tadi kudengar kau ancam ompung membunuh Sariburaja, maunya akulah kau bunuh karena aku cacat. Aku memohon kepada ibu supaya bapak mengantarkan aku kesini. Akulah anak yang sulung ibu.

“Jadi maksudmu semua keturunan adikmu dan kakakmu bersembah sujud kepadamu”, kata MULAJADI NABOLON. “Tentu, karena aku paling besar, akulah yang pantas raja mereka”, kata Raja Biak-biak.

“kalau begitu, bagaimana, maukah kau ku ubah?”

“Ya, aku mau, kalau keturunan adik ku dan kakak ku mau bersembah kepada ku” kata Raja Biak-biak.

Jadi di berkati MULAJADI NABOLONlah Raja Biak-biak di Bukit Pusukbuhit itu. Jadi, dia punya kaki, tangan tetapi moncongnya seperti moncong babi.Sebagian berkata, dia punya sayap makanya di sebut namanya Tuan Rajauti, raja yang takkan pernah mati, raja yang takkan pernah tua.

Dari Bukit Pusukbuhit itu, diterbangkan MULAJADI NABOLONlah ia ke ujung Aceh.

RAJA BIAK-BIAK

Ia Raja Biak-biak, margoar di huhut Raja Gummelenggeleng na songaongumul do ibana ndang martangan, ndang marpa jala so boi hundul. Ibana do na lumea di bagasan ohana, ala so martihas angka anggina.Mangihuthon baritana : Ro do sahali Mulajadi Nabolon, tuat tu Sianjur Mulamula sorang tu Guru Tateabulan mangunjuni rohana, ai dipangido ma anakna Sariburaja seatonna.” Ba saguru di ho do Ompung!” ninna Guru Tateabulan mangalusi. Umbege I, didok Raja Biak-biak ma tu inana : “O inang! Hubege dioloi amanta nangkining seaton ni ompunta Mulajadi Nabolon si Sariburaja, ianggo di rohangku, ahu do na naeng seatonna, ai aha ma ahu martimbangkon Sariburaja na so martihas I?. Asa ianggo siat pangidoanku suru ma damang manabunihon ahu, ai atik pe songon on partubungku ahu do sipultak bajubajumu!”.Umbege hata ni Raja Biak-biak inana I, disuru Guru Tateabulan manabunihon Raja Biak-biak tu Dolok Pusukbuhit.Dung nangkok Mulajadi Nabolon tu bagas, dipangido ma Sariburaja seatonna. Jadi di lehon inana i ma. Didok Mulajadi nabolon ma : ” Tiop ma patna i!”, jadi di tiop ma tutu. Dung i diseat ma jala ditanggoi.Nungan di hodohon hian pangalompaanna. Ia dung sidung di anggoi dipambahen ma tu pangalompaanna i asa pamasahonna.Dung ro di pangalompaanna i, manggora ma Mulajadi nabolon didok ma :” Na olo gabe Sariburaja, ruar ma ho sian i!”, jadi mangangkat ma tutu Sariburaja sian i, laos hundul ma ibana tu halangulu. Nungan songon Garaga ibana, songon Garugu, na sada songon na pitupulu.Mangihuthon pandok ni na deba, sian angka na tinggal i laos manjadi ma ragam ni pahanpahanan.Ia di tingki na laho mulak Mulajadi nabolon tu banua ginjang, sian dolok Pusukbuhit do ibana manaek. Jadi jumpangsa ma disi Raja Biak-biak : ” Ise na mamboan ho tuson?”, ninna Mulajadi nabolon manungkun ibana.” Ianggo i da ompung, na mabiar do ahu di biarhu, matahut di tahuthu!. Hubege nangkining diondam ho da Ompung seaton Sariburaja, anggo di rohangku ahu do na naeng seatonmu, ala na martihas i ahu. Gabe hupangido tu dainang asa disuru damang manaruhon ahu tson. Ai ahu do sipultak bajubaju ni dainang.” Ba naeng marsomba tu ho di roham angka pinompar ni anggimi dohot ibotom?”, ninna Mulajadi nabolon.” Naeng ma tutu, ai ahu do sihahaan, ahu do na patut raja nasida!”, ninna Raja Biak-biak.” Antong molo songon i, beha, olo do ho tumpaonku?”.” Ba olo do ahu, asal ma marsomba tu ahu angka pinompar ni anggingku dohot ibotongku!”, ninna raja Biak-biak.Jadi di tumpa Mulajadi Nabolon ma Raja Biak-biak di dolok Pusukuhit i. Gabe, marpat, martangan, alai songon munsung babi (santabi) do munsung na.Mangihuthon pandok ni na deba marhabong do ibana. Di bahen ma goarna Tuan rajauti, raja na so ra mate, raja na so ra matua. Sian punsu ni dolok Pusukbuhit I, dipahabang Mulajadi Nabolon ma ibana tu ujung Aceh.

Falsafah, Umpasa, Umpama Batak

Falsafah Batak

Dijolo raja sieahan, dipudi raja sipaimaon
(Hormatan do natua-tua dohot angka raja).

Sada silompa gadong dua silompa ubi,
Sada pe namanghatahon Sudema dapotan Uli.

Pitu batu martindi sada do sitaon nadokdok
(Unang maharaphu tu dongan).

Jujur do mula ni bada, bolus do mula ni dame
(Unang sai jujur-jujuri salani dongan, alai bolushon ma).

Siboru buas siboru Bakkara, molo dung puas sae soada mara
(Dame ma).

Sungkunon poda natua-tua, sungkunon gogo naumposo
(Bertanggung-jawab).

UMPASA NI NAPOSO BULUNG. (Buat orang-orang muda)

Jolo tiniktik sanggar laho bahenon huru-huruan,
Jolo sinukkun marga asa binoto partuturan.

Tudia ma luluon da goreng-goreng bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Tobing bahen dongan.

Tudia ma luluon da dakka-dakka bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Sinaga bahen dongan.

Manuk ni pealangge hotek-hotek laho marpira
Sirang na mar ale-ale, lobianan matean ina.

Silaklak ni dandorung tu dakka ni sila-sila,
Ndang iba jumonok-jonok tu naso oroan niba.

Metmet dope sikkoru da nungga dihandang-handangi,
Metmet dope si boru da nungga ditandang-tandangi.

Torop do bittang di langit, si gara ni api sada do
Torop do si boru nauli, tinodo ni rohakku holoan ho do

Rabba na poso, ndang piga tubuan lata
Hami na poso, ndang piga na umboto hata

UMPASA MANJALO TINTIN MARANGKUP. (Untuk pasangan saat tukar cincin)

Bulung namartampuk, bulung ni simarlasuna,
Nunga hujalo hami tintin marangkup,
Dohonon ma hata pasu-pasuna.

Hot pe jabu i, tong doi margulang-gulang
Sian dia pe mangalap boru bere i, tong doi boru ni Tulang.

Sai tong doi lubang nangpe dihukkupi rere,
Sai tong doi boru ni Tulang, manang boru ni ise pei dialap bere.

Amak do rere, dakka do dupang,
Anak do bere, Amang do Tulang.

Asing do huta Hullang, asing muse do huta Gunung Tua,
Asing do molo tulang, asing muse do molo gabe dung simatua.

UMPASA TU NA BARU MARBAGAS. (Untuk pasangan yang baru menikah)

Dakka ni arirang, peak di tonga onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman.

Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru,
Sai tibu ma hamu mangiring-iring, huhut mangompa-ompa anak dohot boru.

Rimbur ni Pakkat tu rimbur ni Hotang,
Sai tudia pe hamu mangalakka, sai tusima hamu dapot pansamotan.

Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora,
Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.

Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.

Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring-iring Tuhan ganup ari.

Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut
Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut.

Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha.

Anian ma pagabe tumundalhon sitodoan,
Arimu ma gabe molo marsipaolo-oloan.

Gadu-gadu ni Silindung, tu gadu-gadu ni Sipoholon,
Sai tubu ma anakmuna 17 dohot borumuna 16.

Andor hadukka ma patogu-togu lombu,
Sai sarimatua ma hamu sahat tu na patogu-togu pahoppu.

UMPASA MANGAMPU

Bulung ni Taen tu bulung ni Tulan
Ba molo tarbahen, sai topot hamu hami sahali sabulan,
Molo so boi bulung ni tulan, pinomat bulung ni salaon,
Ba molo so boi sahali sabulan, pinomat sahali sataon.

Ni durung si Tuma laos dapot Pora-pora.
Molo mamasu-masu hula-hula mangido sian Tuhan,
Napogos hian iba, boi do gabe mamora.

Songgop si Ruba-ruba tu dakka ni Hapadan,
Angka pasu-pasu na ni lehon muna,
Sai dijangkon tondi ma dohot badan.

Mardakka Jabi-jabi, marbulung ia si Tulan
Angka pasu-pasu na pinasahat muna,
Sai sude mai dipasaut Tuhan.

Naung sampulu sada, jumadi sampulu tolu,
Angka pasu-pasu pinasahat muna,
Sai anggiatma padenggan ngolu-ngolu.

Naung sapulu pitu, jumadi sapulu ualu,
Angka pasu-pasu pinasat muna hula-hula nami,
Diampu hami ma di tonga jabu.

Turtu ninna anduhur, tio ninna lote,
Angka pasu-pasu pinasahat muna,
Sai unang ma muba, unang mose.

Habang pidong sibigo, paihut-ihut bulan,
Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan.

Obuk do jambulan, nidandan ni boru Samara
Pasu-pasu na mardongan tangiang sian hula-hula,
Mambahen marsundut-sundut soada mara.

Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni pangula
Sahat ma pasu-pasu na nilehon muna i tu hami,
Sai horas ma nang hamu hula-hula.

Suman tu aek natio do hamu, riong-riong di pinggan pasu,
Hula-hula nabasa do hamu, na girgir mamasu-masu.

AKKA UMPASA NA ASING

Martahuak ma manuk di bungkulan ni ruma,
Horas ma hula-hulana,songoni nang akka boruna.

Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage,
Sai mora ma hita luhut, huhut horas jala gabe.

Hariara madungdung, pilo-pilo na maragar,
Sai tading ma na lungun, ro ma na jagar.

Sinuan bulu sibahen na las,
Tabahen uhum mambahen na horas.

Eme ni Simbolon parasaran ni si borok,
Sai horas-horas ma hita on laos Debata ma na marorot.

Sititik ma sigompa, golang-golang pangarahutna,
Tung so sadia pe naeng tarpatupa, sai anggiat ma godang pinasuna.

Pinasa ni Siantar godang rambu-rambuna,
Tung otik pe hatakki, sai godang ma pinasuna.

Tuat si puti, nakkok sideak,
Ia i na ummuli, ima ta pareak.

Aek godang tu aek laut,
Dos ni roha sibaen na saut.

Napuran tano-tano rangging marsiranggongan,
Badan ta i padao-dao, tondita i marsigomgoman.

Marmutik tabu-tabu mandompakhon mataniari,
Sai hot ma di hamu akka pasu-pasu, laho marhajophon akka na sinari.

Bona ni pinasa, hasakkotan ni jomuran,
Tung aha pe dijama hamu, sai tong ma dalan ni pasu-pasu.

Mandurung di aek Sihoru-horu, manjala di aek Sigura-gura,
Udur ma hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua.

Dolok ni Simalungun, tu dolok ni Simamora
Salpu ma sian hamu na lungun, sai hatop ma ro si las ni roha.

Memasuki rumah baru

Yang pertama dilakukan memasuki rumah baru yang adalah yang memasuki secara adat.Walaupun ada yang dilakukan yang baru tidak diharuskan ,karena sejak dahulu ada adat yang dibuat Simalungun.

Kerja yang mengadakan adat memasuki rumah baru:
1.Pihak laki-laki mendatangi tulang bapa yang bersangkutan untuk menyampaikan maksud dan tujuan berdasarkan memberikan sirih yang berbatu serta ayam yang telah diatur
2.Begitu juga kepada mertua laki-laki
3.Menjumpai pihak perempuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan dengan memeberikan ayam yang telah diatur.

Bahan-bahan yang perlu disediakan pihak laki-laki yaitu:
1.Tebu yang layu mempunyai daun ,pisang yang masak untuk digantungkan di rumah,ayam yang diatur yang diberikan kepada tulang bapak dan tulangnya mama laki-laki.
2.Ayam yang diatur ,ikan ,sayur yang diberikan kepada pihak laki-laki disertai ulos dan beras.
3.Kepada pihak mertua laki-laki yang disediakan adalah ayam yang diatur ,ikan ,sayur ,dan ulos
4.Saudara laki-laki juga memberikan makanan seperti yang dilakukan tulangnya bapak dengan mertua laki-laki kepada pihak perempuan.

Pelaksanaan Kerja:
*Sebelum kerja dilakukan benali sesuai dengan keperluannya.
*Pada pagi hari berangkatlah pihak laki-laki dengan laki-laki dengan saudara perempuan kerumah yang baru pihak laki-laki beras ½ kaleng ,tebu ,pisang yang masak .Tulang bapak membawa beras .Mertua laki-laki membawa beras .Perempuan membawa perangkat sirih dan perangkat dapur.
*Setelah sampai rombongan didepan pintu ,orangtua dari pihak laki-laki ,pihak tulang ,pihak mertua laki-laki ,dan saudara dekat ,didepan pintu diberikan pihak laki-laki kepada pihak tulang yaitu supaya pintu dibuka berdasarkan kunci yang diberikan pihak laki-laki.
*Membuka pintu sering juga dilakukan pihak tulang “kubukalah rumah yang bertuah ini yang memegang semua pengisi ,yang pintar mengurungkan yang tidak pintar mengeluarkan” setelah itu pintu terbuka masuklah pihak perempuan yang ditentukan untuk memberkati serta pihak lai-laki ,saudara pihak laki-laki saudara perempuan masuk kerumah langsung kedapur (pihak perempuan memberkati dapur sampai kamar/didapur pihak tulang menanam padang togu pada tempat masakan).
Setelah acara didapur,serta melihat-lihat kaeadaan rumah kembalilah rombongan kepada tempat semula dan meletakkan apa yang dibawa pada tempat yang lebih tinggi serta tikar dibentangkan oleh pihak perempuan khusus tempat duduk pihak laki-laki Pihak tulang mempersilahkan pihak laki-laki duduk setelah itu diberi beras dan teruskan mertua laki-laki serta pihak laki-laki serta pihak orangtua dari pihak laki-laki.Setelah selesai diberi beras diaturlah tempat duduknya disamping pihak laki- laki adalah pihak orang tuanya disebelah kanan pihak tulang, pihak mertua laki-laki dan sebelah kiri adalah pihak perempuan.

Acara Adat
A.Diberikan orang tua laki-lakilah: Ayam yang diatur (supaya teratur) kehidupan diberkati Tuhan serta tobu dan pisang serta kelapa maksudnya supaya terang perasaan ,mudah pencaharian serta semakin tua semakin manis.Semakin lama semakin dikatahulah kehiupan imasa datang.
B.Diberikan pihak laki-laki tebu, pisang kelapa kepada orang tua pihak laki-laki (yang diberikan didalam suatu piring)
C.Diberikanlah lagi kepada pihak saudara perempuan (ayam diatur).
D.Menyampaikan makanan saudara pihak perempaun (ayam diatur)
E.Apabila memotongh si4 kaki yang menjadi bahan utamanya diserahkan ajalah kepada pihak laki-laki serta dijalankanlah makanan itu kepada yang patut diberi penghormatan.
F.Makan bersama.
G.Selesai makan berjalanlah sirih berbatu setelah selesai makan kepada saudara sebagian orang tidak berbatu.
H.Seleasai memberi nasehat atau memberi kata pemberkatan yang diketahui pihak tulang ,mertua laki-laki ,pihak saudara serta diikuti dengan memberikan ulos kesenangan hati mereka kepada pihak laki-laki.

Demikian cara adat untuk memasuki rumah baru.